Selasa, 20 Juli 2010

MIGRASI “IKAN BESAR”

Diambil dari koran Seputar Indonesia/Periskop Sang Inspirator
8 Juni 2008
Nama-nama seperti Rhenald Kasali, Mario Teguh, dan Hermawan Kertajaya adalah sosok yang tidak asing dalam dunia entrepreneur. Ya, mereka adalah inspirator di dunia bisnis. Petuah-petuah mereka tidak jarang dimanfaatkan sejumlah perusahaan untuk memotivasi pegawai perusahaannya. Demi meningkatkan kualitas SDM-nya, perusahaan-perusahaan di Indonesia tidak segan-segan merogoh kocek lebih dalam untuk memanfaatkan jasa para tokoh ternama ini. Namun, para inspirator kondang ini melewati jalan berliku nan panjang untuk mencapai ketenaran. Bahkan, sebelum meraka menjejakkan kaki sebagai inspirator-masyarakat umum biasanya menyebut motivator, tidak jarang mereka harus berjibaku di dunia kerja untuk meraih sukses sebagai pegawai di sebuah perusahaan. Mungkin dalam benak masyarakat awam muncul pertanyaan, mengapa harus keluar dari tempat bekerja setelah mendapat sukses dan posisi strategis?

Hermawan misalnya, sebelum menjadi ahli strategi pemasaran (marketing), dia pernah menjabat sebagai direktur Distribusi PT HM Sampoerna, sebuah perusahaan rokok ternama. Kepada SINDO, Hermawan mengisahkan, perlu keberanian tinggi untuk meninggalkan posisi yang sudah ditekuni bertahun-tahun untuk kemudian mendirikan MarkPlus&Co, sebuah konsultan bisnis yang bergerak di bidang marketing research dan pendidikan pada 1989. Perusahaan inilah yang kemudian membawanya menuju puncak ketenaran sehingga dia menjadi ikon pemasaran di Indonesia dan dunia. Kini, selain menduduki posisi sebagai President MarkPLUs&Co, dia juga dikenal sebagai salah satu guru dari 25 guru pemasaran bisnis di kawasan asia tenggara.

Lantas apakah motif Hermawan Kertajaya hengkang dari PT HM Sampoerna karena ketidakpuasannya bekerja di perusahaan rokok tersebut atau disebabkan semata-mata karena penghasilan yang tidak memuaskan? Secara tegas Hermawan menampik hal itu. Dia menuturkan, alih profsi yang dilakukannya bukan disebabkan masalah materi, melainkan didorong motivasi untuk dapat lebih memberikan kontribusinya kepada masyarakat sebagai bentuk dari self expression (ekspresi pribadi).

“ Saya pribadi didorong keinginan dan cita-cita yang kuat unutk mempopulerkan konsep pemasaran di Tanah Air yang masih sangat jarang dikenal pada waktu itu”, ungkapnya.

Padahal, saat itu dia sedang menduduki posisi “basah” di perusahaan rokok tersebut. Dia pun menemukan tempat “bermain” yang baru. “Saya mengambil keputusan berani dengan menginggalkan posisi sebagai direksi di sebuah perusahaan besar nasional untuk kemudian mendirikan MarkPlus&Co pada 1989”, tuturnya.

Dengan mendirikan MArkPlus&Co, Hermawan telah menemukan samuderanya sendiri. Sebab, selama ini dia merasa hanya hidup di dalam “kolam”. Wujud pengekspresian diri inilah yang membawa namanya dicatat sebagai salah satu tokoh marketing tingkat dunia. Sejak 2002, pria yang drop out dari Institut Teknologi Surabaya itu menjabat sebagai Prsedien World Marketing Association dan oleh The Chartered Institute of Marketing (Inggris), dia dinobatkan sebagai 50 Gurus Who Have Shaped The Future of Marketing.

Hal serupa dialami Arif Isnaini, seorang motivator asal Malang, Jawa Timur. Sebelum menjadi motivator, Arif malang melintang menggeluti profesinya sebagai staf penjualan (sales). Selama lima tahun dia menjadi sales panci di PT. Zenco Almasindo, Jakarta, perusahaan yang bergerak di bidang direct sales. Dia tidak pernah jenuh dengan pekerjaannya menawarkan peralatan dapur itu ke berbagai tempat. Pekerjaan ini dilakoninya semenjak menjadi mahasiswa. Tak jarang, dosen-dosennya ditawari panci. Karena keuletannya, dia pun menduduki posisi general manager (GM) di perusahaan tersebut. Namun, lama-kelamaan dia menyadari bahwa posisi GM adalah puncak karier tertinggi. Dia tidak mungkin lagi mendapat posisi lebih tinggi, sebab posisi tersebut ditempati oleh pemilik perusahaan. Menyadari hal itu, pada 2005 dia mengikuti pelatihan pengembangan bisnis dan wirausaha.

Setelah lulus, dia pun mendirikan perusahaan yang bergerak dalam pelatihan bisnis dan pengembangan kewirausahaan. Dia melihat sector perlatihan bisnis adalah masa depan kariernya. “Setiap manusia pasti membutuhkan kehidupan yang lebih cerah, termasuk saya, karena kehidupan juga terus berjalan. Saya juga melihat masa depan yang cerah itu di dunia pelatihan”, ungkapnya kepada SINDO.

Melihat potensi inilah, kemudian dia memberanikan diri untuk keluar dari “kolam” tempatnya mencari nafkah untuk berenang ke samudera. Hasilnya, selain namnya semakin dikenal masyarakat, uang pun mengalir ke koceknya. Dia mengungkapkan pemasukan yang diterimanya lebih banyak bersumber dari pelatihan-pelatihan yang dia lakukan. Bahkah, dari sekali pelatihan, penghasilan yang diterimanya jauh lebih besar bila dibandingkan saat dia bekerja. “Banyak hal saya dapatkan hanya dengan sekali pelatihanyang dilakukan pada saut perusahaan. Belum lagi dari ssitem pelatihan yang diwaralabakan”, ungkapnya.

Melepaskan posisi sebagai top manager di salah satu perusahaan memang diperlukan keberanian yang besar. Namun, demi mewadahi obsesi pribadi yang lebih besar, tidak salah jika diperlkukan tempat tersendiri. Setidaknya istilah inspirator ternama Indonesia Rhenald Kasali, “ikan besar harus mencari kolam yang lebih besar”bisa menjadi ungkapan yang tepat bagi mereka yang berani mengambil keputusan untuk mundur dari perusahaan dan mencari peruntungan baru. (islahuddin/faizin aslam /a malik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar